Telaga Ngebel Butuh Lompatan Besar, Bukan Sekadar Tumbuh Alami

SETIAP musim liburan, Telaga Ngebel selalu ramai diserbu wisatawan. Suasana sejuk, pemandangan yang indah, dan nuansa alam yang masih terjaga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Tapi, apakah hanya itu cukup untuk menjadikan Telaga Ngebel sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Timur? Jawabannya: belum.

Jujur memang ada kenaikan signifikan dalam jumlah wisatawan, bahkan mampu mendorong pendapatan daerah hingga menembus angka Rp 5 miliar. Namun, secara infrastruktur dan kualitas layanan, Telaga Ngebel masih berjalan tertatih. Wisatawan lebih banyak datang hanya untuk berkunjung tanpa menginap. Fasilitas penginapan yang terbatas, sarana umum yang minim, serta akses jalan yang sempit dan rusak menjadi kendala utama.

Ponorogo seharusnya tidak lagi puas dengan pencapaian-pencapaian kecil. Butuh lompatan besar. Salah satu kuncinya adalah keberanian dalam membuka ruang investasi, khususnya di sektor pariwisata. Jika Telaga Ngebel ingin naik kelas, maka harus ada hotel representatif minimal bintang 3, restoran bersertifikasi yang layak, serta pusat oleh-oleh dengan konsep modern dan harga yang transparan.

Sayangnya, problem klasik selalu kembali ke soal kewenangan lahan dan keterbatasan fiskal. Sebagian besar wilayah sekitar telaga berada di bawah pengelolaan Perhutani, sehingga semua rencana perlu koordinasi hingga ke tingkat pusat. Ini adalah tantangan nyata yang hanya bisa dijawab dengan komitmen politik dan kebijakan lintas sektoral.

Pengembangan kawasan wisata penyangga mendedak dilakukan Pemkab Ponorogo. Desa-desa di sekitar Telaga Ngebel bisa diberdayakan menjadi desa wisata, menciptakan alternatif destinasi tanpa merusak nilai utama telaga sebagai kawasan alami. Ini adalah langkah cerdas—wisata alam tetap lestari, ekonomi masyarakat sekitar ikut bergerak.

Namun semua itu hanya akan jadi narasi indah jika tidak ada langkah konkret. Telaga Ngebel butuh kepemimpinan daerah yang berani mengambil keputusan strategis: memperlebar jalan, menarik investor, dan merancang koneksi wisata yang menyeluruh—mulai dari Monumen Reog di barat hingga Telaga Ngebel di timur, dengan ikon baru di tengah kota.

Ponorogo tidak kekurangan potensi. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk bertindak dan kecepatan untuk bergerak. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Oleh: Dwi Agus Prayitno, S.H., M.Si

Ketua DPRD Ponorogo/Sekretaris PKB Ponorogo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *