Pacitan – Memasuki puncak musim kemarau, warga di Dusun Godeg Wetan, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan, Pacitan, mulai mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka hanya bisa mengandalkan satu-satunya sumber air yang ada di wilayah mereka, dan itu pun harus berbagi dengan puluhan kepala keluarga lainnya.
Setiap kali musim kemarau tiba. Sebagian besar waktu mereka habiskan untuk mencari air dari sumber yang masih tersisa. Sumber air di bawah pohon trembesi besar inilah yang menjadi tumpuan mereka untuk mendapatkan air.
“Sudah dua bulan terakhir ini kami mulai kekurangan air bersih. Saya harus membawa cucian saya ke sumber air ini, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah.”kata Riwut saat ditemui wartawan (3/9/2024).
Baca Juga:Ribuan Masa Gelar Aksi Bersih Pesisir Dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Meski terlihat jernih, air dari sumber ini hanya digunakan untuk mandi, mencuci, dan memberi minum hewan ternak. Ini karena kandungan kapur yang cukup tinggi. Untuk keperluan minum dan memasak, warga masih bergantung pada sisa air yang ada di tandon mereka.
“Walaupun sumber air ini dekat dari rumah saya, saya tidak bisa menggunakan pompa air. Jadi, saya harus pulang pergi membawa ember berisi air, karena sumber ini digunakan oleh 31 kepala keluarga.”jelas Sukatmi warga lainnya.
Sebelumnya, warga bergotong royong mengalirkan air melalui selang dari sumber di desa tetangga. Namun, sekarang debit air di sana mulai berkurang dan tidak mengalir lagi. Akibatnya, sebagian warga mulai membeli air dengan harga 150 ribu rupiah per dua ribu liter.