Pacitan, (kubaca.com) – Belum genap dua bulan berjalan, Sekolah Rakyat (SRMA) 23 Pacitan harus menghadapi tantangan dengan mundurnya 12 peserta didik. Ketidaknyamanan dengan sistem pembelajaran dan aturan ketat menjadi alasan utama pengunduran diri.
Plt Kepala Dinas Sosial Pacitan, Khemal Pandu Pratikna, membenarkan adanya pengunduran diri tersebut. Ia menjelaskan bahwa siswa Sekolah Rakyat tidak diperkenankan menggunakan handphone dan wajib tinggal di asrama selama 24 jam.
“Mungkin bagi sebagian anak terasa terkekang, sehingga mereka lebih memilih kembali bersekolah di sekolah umum,” jelas Khemal, Rabu (10/9/205).
Meski demikian, Khemal memastikan bahwa kekosongan kuota akan segera terisi dengan peserta didik baru dari gelombang kedua yang saat ini masih dalam proses rekrutmen.
“Saat ini sudah kembali terisi, dari pendaftar sekolah SR gelombang 2,” jelasnya.
Sekolah Rakyat Pacitan hadir dengan konsep pembelajaran berbasis karakter, kemandirian, dan disiplin, yang berbeda dari sekolah formal pada umumnya. Hal ini menuntut adaptasi lebih dari para siswanya.(Akz)