PONOROGO – Reog Ponorogo kembali memikat hati Negara Malaysia. Dalam kunjungan berombongan dua hari terakhir, mereka menunjukkan minat mendalam dalam memahami budaya asli Ponorogo, termasuk proyek pembangunan Monumen Peradaban Museum Reog (MPRP) di desa/kecamatan Sampung.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, menyatakan bahwa rombongan pejabat Distrik Batu Pahat, Malaysia, telah mengunjungi sejumlah tempat, mulai dari sanggar Kawulo Bantarangin hingga MPRP. Mereka bahkan berencana mengundang instruktur Reog untuk diboyong ke Malaysia. “Mereka ingin mengenal Reog dan mengembangkannya di daerah mereka,” ungkap Judha.
Judha menambahkan bahwa meski berjarak ribuan kilometer, darah warga Ponorogo mengalir di Distrik Batu Pahat. Berdasarkan sejarah yang dipelajari di sana, Reog Ponorogo masuk ke wilayah mereka pada tahun 1901. Saat itu, warga Ponorogo yang bernama Saikun Kentus membawa seni tersebut ke daerah perantauannya dan berkembang hingga sekarang. “Ada juga yang bernama Haji Miskun Karim yang menjadi pegiat Reog di Distrik Batu Pahat,” tambahnya.
Tak hanya mencari sejarah dan instruktur, Judha juga menyebutkan progres pelabelan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO. Dalam upaya menjadikannya warisan budaya internasional, ia berharap dukungan dari Malaysia dalam melestarikan Reog Ponorogo, serta menghindari klaim terkait kepemilikan budaya di masa mendatang. “Malaysia dan Indonesia adalah saudara, sehingga memiliki tanggung jawab bersama dalam melestarikan Reog,” pungkasnya.