Pacitan – kubaca.com, Di lereng Dusun Batu Lapak, Desa Kalipelus, Kecamatan Kebonagung, aktivitas penggalian batu besar untuk dijadikan tungku kayu bakar masih berjalan seperti biasa. Tumidi (55) dan anaknya, Edi Sutikno, telah menjalani pekerjaan ini selama lebih dari lima tahun, meski kini banyak orang beralih menggunakan kompor gas dan listrik.
Setiap harinya, mereka menggarap batu persegi panjang dengan panjang sekitar 1,5 meter, lebar 50 sentimeter, dan tinggi 40 sentimeter. Batu yang keras itu dibentuk menggunakan cangkul khusus, paji besi, dan alat pukul manual. “Satu tungku bisa selesai dalam sehari,” ujar Tumidi pada Senin (17/9/2024).
Meski alat-alat modern semakin berkembang, tungku batu buatan Tumidi masih banyak diminati. Saat ini, ia tengah menyelesaikan pesanan dari Kecamatan Tulakan sebanyak 10 tungku. “Pesanan dulu belum selesai, sudah ada dua orang lain yang pesan lagi, masing-masing di atas lima tungku,” jelasnya.
Setelah batu dibentuk, proses penghalusan dilakukan dengan pasah kayu yang didesain khusus. Harga tungku bervariasi tergantung ukuran. Untuk tungku satu lubang dijual seharga Rp50.000, dua lubang Rp80.000, dan yang terbesar dihargai Rp120.000.
Pekerjaan ini, meski berat, memberikan penghasilan yang cukup bagi Tumidi dan keluarganya. “Kalau cuaca bagus dan badan sehat, saya bisa membuat tungku setiap hari,” pungkasnya.
Dengan menggunakan teknik tradisional dan keterampilan yang diwariskan turun-temurun, Tumidi tetap bertahan di tengah tantangan modernisasi.