Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXX resmi dibuka pada Selasa, 17 Juni 2025 di Alun-alun Ponorogo. Sebanyak 65 grup Reog dari berbagai daerah di Indonesia siap unjuk kebolehan dalam ajang bergengsi ini yang memperebutkan Piala Presiden Republik Indonesia.
Dari total peserta, 24 grup merupakan Reog Remaja dari sejumlah sekolah di Ponorogo, sementara 41 lainnya adalah grup Reog Dewasa yang datang dari berbagai penjuru Nusantara. FNRP XXX akan berlangsung hingga 27 Juni 2025 dan menjadi bagian dari rangkaian perayaan Grebeg Suro Ponorogo.
Reog Ponorogo Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
Momen pembukaan FNRP XXX juga menjadi semakin istimewa dengan penyerahan piagam UNESCO yang menyatakan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. Piagam tersebut diserahkan oleh Staf Khusus Bidang Sejarah dan Perlindungan Warisan Budaya Kementerian Kebudayaan, Basuki Teguh Yuwono, kepada Pemerintah Kabupaten Ponorogo.
“Ini bukti nyata bahwa Reog Ponorogo diakui dunia. Pengakuan ini adalah hasil kerja keras Bupati, Pemkab Ponorogo, seniman, dan masyarakat,” ujar Basuki.
Basuki menambahkan bahwa saat ini Reog tidak hanya dikenal di Ponorogo, tetapi juga telah menyebar luas ke berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Ia menekankan bahwa meskipun Reog terus berkembang secara kreatif, nilai-nilai tradisi dan pakem seni tetap dijaga.
“Kreativitas para seniman tetap dalam koridor budaya. Ini yang menjadikan Reog terus hidup dan relevan dengan zaman,” tegas Basuki.
FNRP XXX Padukan Budaya dan Teknologi untuk Gaet Generasi Milenial
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menyatakan bahwa FNRP tahun ini dirancang khusus untuk menarik minat generasi muda agar mencintai dan melestarikan budaya Reog.
“Kami padukan budaya dengan teknologi. Ada layar LED raksasa, permainan cahaya, dan pertunjukan video mapping bertema sejarah Reog Ponorogo,” ungkap Sugiri.
Dengan pendekatan ini, diharapkan akselerasi, transmisi, dan kaderisasi budaya dapat berjalan optimal. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, terbukti dari membludaknya penonton dari berbagai kalangan, mulai dari anak muda hingga orang tua.
Sugiri menambahkan bahwa pelibatan generasi muda dalam seni Reog adalah langkah penting agar seni tradisional ini tetap lestari di masa depan.
“Mudah-mudahan generasi muda bisa terlibat aktif di semua sisi Reog. Itulah kunci kelangsungan budaya ini,” pungkasnya. (tim)