PACITAN – Hidup di tengah tekanan ekonomi yang belum benar-benar pulih membuat banyak warga Pacitan mencari cara bertahan. Salah satu caranya—yang sayangnya melanggar aturan adalah beralih ke rokok ilegal.
Di kios kecil, warung pinggir jalan, hingga pasar tradisional, rokok tanpa pita cukai kembali mudah ditemui. Harganya jauh lebih murah dibanding rokok legal, menjadi pilihan bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan.
“Sekarang harga semua serba naik, yang penting bisa ngerokok,” ujar salah satu warga di Pasar Arjowinangun dengan nada pasrah.
Namun di balik harga murah itu, tersimpan konsekuensi besar: kerugian bagi negara dan ancaman bagi ketertiban hukum.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pacitan mencatat, hingga Oktober 2025 telah dilakukan 24 kali operasi penindakan, dengan hasil 14.520 batang rokok ilegal disita. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya tanda bahwa tekanan ekonomi mendorong peredaran barang haram tersebut semakin marak.
“Banyak pelaku tergoda keuntungan cepat. Di sisi lain, pembeli juga mencari harga yang lebih terjangkau. Kombinasi itu membuat peredaran rokok ilegal sulit dibendung,” ungkap Widiyanto, Kepala Bidang Penegakan Perda Satpol PP Pacitan, Rabu (22/10/25).
Satpol PP tak tinggal diam. Selain razia rutin, mereka juga mengedukasi pedagang agar tak tergiur menjual rokok tanpa cukai. “Kami tidak hanya menindak, tapi juga mengingatkan. Masyarakat perlu tahu, membeli atau menjual rokok ilegal sama saja ikut merugikan negara,” tegasnya.
Setiap batang rokok ilegal yang disita diserahkan ke Kantor Bea Cukai untuk diproses sesuai hukum. Namun akar persoalannya masih belum selesai: ekonomi masyarakat yang belum benar-benar pulih.
Selama tekanan ekonomi masih menjerat, rokok ilegal akan selalu punya pasar. Karena itu, upaya pemberantasan perlu berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat agar warga tak lagi menjadikan pelanggaran sebagai jalan keluar.
Di tengah asap rokok tanpa cukai yang mengepul di sudut-sudut Pacitan, perjuangan petugas terus berlangsung: bukan sekadar razia, tapi juga melawan ketimpangan yang memaksa sebagian orang memilih jalan pintas.











