PACITAN – Di tengah hiruk-pikuk aktivitas pasar dan kios-kios kecil di sudut Pacitan, masih kerap ditemukan bungkus rokok berwarna mencolok tanpa pita cukai yang menempel. Harganya murah, hanya sekitar lima hingga tujuh ribu rupiah per bungkus. Bagi sebagian orang, mungkin ini terlihat sepele namun di baliknya tersimpan ancaman serius bagi ekonomi negara dan masa depan generasi muda.
Kepala Satpol PP Pacitan, Ardian Wahyudi, paham betul betapa peliknya persoalan ini. Ia dan timnya bersama Bea Cukai Madiun harus terus berjibaku menelusuri jalur distribusi rokok ilegal yang kerap berganti-ganti pola.
“Mereka punya cara cerdik menyamarkan pengiriman, bahkan lewat jasa paket pun masih ada yang lolos. Ini menunjukkan sistem distribusinya cukup rapi,” ujarnya dengan nada tegas, Jumat (26/9/2025).
Meski sudah ribuan batang rokok tanpa cukai berhasil disita tahun ini, perjuangan belum berhenti. Operasi demi operasi dilakukan, namun pelaku terus mencari celah. Bagi Ardian, tantangan terbesar justru bukan pada penindakan, melainkan kesadaran masyarakat.
“Pemberantasan rokok ilegal tidak bisa hanya dilakukan aparat. Masyarakat punya peran penting dalam memberikan laporan dan menjaga lingkungannya dari peredaran barang tanpa cukai,” katanya.
Ia berharap warga lebih jeli mengenali ciri-ciri rokok ilegal. Biasanya tanpa pita cukai, menggunakan cukai palsu, tidak mencantumkan informasi produsen, dan dijual jauh lebih murah dari harga pasaran.
“Kalau ada rokok dijual cuma Rp5.000 sampai Rp7.000 per bungkus, apalagi tanpa peringatan kesehatan resmi dari pemerintah, bisa dipastikan itu ilegal,” tambah Ardian.
Langkah kolaboratif antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat dinilai menjadi kunci utama menekan peredaran rokok tanpa cukai di Pacitan. Pemerintah Kabupaten Pacitan sendiri terus menggencarkan sosialisasi agar masyarakat paham dampak negatif rokok ilegal bukan hanya bagi kesehatan, tapi juga bagi keuangan negara.
Selain merugikan industri resmi, keberadaan rokok ilegal juga membuka pintu bagi remaja untuk mulai merokok karena harga yang sangat murah. “Ini yang kami khawatirkan. Generasi muda jadi sasaran empuk karena daya beli mereka terbatas, tapi keinginan mencoba besar,” ujar Ardian.
Di balik upaya keras itu, semangat “Pacitan Bersih dari Rokok Ilegal” terus digelorakan. Setiap warga diharapkan bisa menjadi mata dan telinga pemerintah. Karena tanpa partisipasi masyarakat, peredaran rokok ilegal akan terus menemukan jalannya.











